Transportasi Publik, Aman, Nyaman, Terjangkau = HARGA MATI


transportasi publik yang aman nyaman dan terjangkau adalah harga mati

Berkendara sehari-hari memakai angkutan umum merupakan kenangan indah yang sulit terlupakan, kenikmatan yang didapat berbeda dengan naik kendaraan pribadi, memang kenyamanan angkutan umum hanya saya dapat saat pulang kampung naik Kerete eksekutif, sedangkan kendaraan umum sehari-hari jauh dari nyaman, tapi tetap ada kenikmatan yang sulit dilukiskan disana. Ada berbagai karakter dan kemapanan yang berbeda di sana, berbagai penumpang yang rela gak rela, mau gak mau harus memanfaatkan angkutan yang ada. Kemapanan juga berbeda, ada yang naik angkutan umum karena terpaksa, alias dia tidak mampu memiliki kendaraan pribadi meskipun sekedar sepeda motor, tapi ada juga yang terpaksa naik kendaraan umum padahal mampu beli mobil mewah, karena jika bawa mobil akan terkena macet yang bikin boros bahan bakar dan menambah pengeluaran, sedang jika naik motor takut hujan atau takut mengalami kecelakaan.

Tapi ada juga diantara para penumpang yang dengan ikhlas dan sadar diri naik angkutan umum sebagai moda transportasi meski seadanya. Inilah orang yang mampu menikmati apa adanya, pasif dan nrimo (apa ada orang kayak gini ? entahlah ). Nah seiring makin macetnya jalan banyak penumpang yang beralih ke kendaraan pribadi roda dua, alias memilih naik sepeda motor meskipun harus kredit, uang muka kecil dan tanpa syarat yang aneh-aneh (berbanding terbalik dengan birokrasi di negeri ini) membuat mantan penumpang angkot berpindah ke sepeda motor, maka banjirlah kota ini dengan ribuan pesepeda motor tiap hari, baik yang berdomisili di dalam kota, maupun di luar kota, seputaran metropolitan.

Efektifitas biaya dan waktu merupakan alasan sebagian besar penumpang angkum yang beralih ke sepeda motor, termasuk saya. Dulu saya pernah tinggal ngekost disekitar tempat kerja, dan pergi pulang kerja cukup naik kopaja dan mikrolet, waktunya pendek karena jarak dekat, tapi semenjak tinggal di Bekasi (ngikut kakak) saya memanfaatkan KRL dan KRD, berbagai suka duka aku rasakan, sampai pada titik jemu dan akhirnya waktu mempertemukanku dengan roda dua. Dan terus terang semacet-macetnya jalanan, memakai sepeda motor lebih efektif ketimbang naik kendaraan umum, meskipun harus kehujanan, kepanasan, berdebu dan paling parah adalah kebanjiran, sampai motor mogok berulang.

Nah andaikan harapan saya bisa kembali memakai moda transportasi publik, mungkinkah ? Selama masih seperti yang ada sekarang, rasanya tidak mungkin. Tapi berharap dengan doa, transportasi publik yang nyaman, aman dan terjangkau bukanlah sebuah keniscayaan. Sanggupkah pemerintah merealisasikan keinginan warganya dengan mengenyampingkan kepentingan pribadi dan golongannya. Semoga harapan ini bukanlah mimpi di siang bolong. Tapi harapan yang beriringan perbaikan sarana publi, khususnya moda transportasi publik. Wassalamu’alaikum.

9 respons untuk ‘Transportasi Publik, Aman, Nyaman, Terjangkau = HARGA MATI

  1. Di kota saya, kalo naik angkot bisa habis 40rb seminggu. Kalo naik motor cuma 20rb (soalnya pake pertamax, kalo pake premium bisa lebih irit lagi) 😀

    Suka

Tinggalkan komentar